Simalakama

Rupanya di dunia perblogingan ada semacam rekomendasi untuk “blogwalking” – istilah ini dimaksudkan agar para bloger tak cuman ngendon aja diblognya sendiri, tapi juga ngeliatin (atau nontonin, syukur2 mau nyimakin) blog lain. Kalo dituruti i~i~ waah…….. gak ada abisnya blog2 keren bertebaran. Saking kerennya, gak tahan untuk coba2 belajar ikutan ngetik di isian komentar.

Eee…alah dasar nasib, niatnya belajar ngetik malah dikomplen. Ada yang komplen tingkat tinggi (gak terjangkau ama tangga lipat berlipat ), meliuk-liuk (lebih menikung dari tikungan maut), nggaaak jelas (lebih samar-samar dari bayangannya), Jiwa Mabok (gak sadar saat ngetik), … … (lupa yang lain2nya). — Aku bingung harus bagaimana? — Ouch astaghfirullah… puasa2 kok curhat ya?! Yo wis lah, nyontek spanduk iklan operator seluler di jalan2 Jawa Tengah: “Mbayar Mung Rong Ewu, Ngomong Sak Karepmu” (Suka Suka Kouw Lah).

Artis (Band): Paguyuban Raras Mulyo, Sragen (spesialis Karawitan versi Campursari)

Dituruti i~i~ ku mati Emak
Tak dituruti i~i~ aku mata Bapak

Oh begitulah nasib cintaku
bagaikan buah simalakama
Begitulah nasib diriku
yang kini sedang menimpa .. menimpa padaku

Ayah ibuku punya kemauan
Ku dijodohkan tanpa perundingan
Orangnya ganteng katanya ..
katanya tegap dia punya badan
Anak saudagar intan berlian

Aku bingung memikirkan
Terus terang kukatakan
ku sudah punya gandengan
U’!..

Begitulah nasib cintaku
bagaikan buah simalakama
Begitulah nasib diriku
yang kini sudah menimpa .. menimpa padaku
U’!..

Ingin rasanya aku lari bersama kasihku, kasihku
Tapi ku takut ini pasti tak kan direstui, direstui
Aku bingung harus bagaimana?
Aku bingung pilih yang mana .. pilih yang mana?

Kuturuti i~i~ ku mati Emak
Tak dituruti i~i~ aku mata Bapak

Ayah ibuku punya kemauan
Ku dijodohkan tanpa perundingan
Aku bingung memikirkan
Terus terang kukatakan
ku sudah punya gandengan

( Terimakasih )